Puasa
Ramadhan 1441 H tepatnya bulan April-Mei 2020 menjadi cerita Ramadhan yang tidak bisa
terlupakan. Banyak cerita terjadi di Ramadhan tahun itu. Mulai dari Pandemi
Virus Covid-19 yang membuat ibadah tarawih dilakukan di rumah aja, dilarang
bukber alias buka bersama dan yang paling berkesan adalah untuk pertama kalinya
aku rawat inap di rumah sakit.
Yahhh finally akhirnya, setelah wira-wiri jenguk orang di rumah sakit. Sekarang ngrasain juga nginep di sana.
Penasaran gimana ceritanya aku bisa dirawat di RS?
Jadi,
ketika puasa Ramadhan 1441 H, kasus Covid-19 sedang booming2nya, setiap waktu
baik media elektronik maupun media sosial ramai memberitakan hal ini, baik dari
segi penambahan jumlah terinfeksi maupun efek dari Covid-19.
Nah,
karena rasa penasaranku yang tinggi. Aku rajin update informasi perkembangan
virus ini, disisi lain aku tidak menyadari ini akan berdampak pada psikisku. Kalau
bahasa gaulnya sekarang “Overthinking”.
Karena overthinking yang berlebihan ini membuat imunku juga menurun. Dan pas banget di rumah lagi banyak nyamuk karena belakang rumah kebonan banyak pohon besar. Alhasil aku terkena “Demam Berdarah”.
Awalnya,
gejala yang ku alami hanya seperti masuk angin, panas dingin dan sakit kepala
tapi tanpa flu. Dan seperti biasa, aku bukan tipe orang yang dikit-dikit suka
minum obat, mending aku tahan sakitnya sampai batas aku kuat menahannya. Sampai
hari kedua sakitku nggak kunjung membaik malah semakin sakit, dan setiap
ngerasa sakit aku ambil Al-Qur’an buat tadarus. Qodarulloh setiap tadarus
Al-Qur’an aku nggak ngerasa sakit sama sekali dan ada rasa lapang di dada yang
nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata, MasyaAllah.
Kembali
ke topik, setelah bujuk rayu yang lama banget dari Pak Suami akhirnya hari
kedua periksa ke dokter, seperti biasa dikasih obat dan nanti dalam tiga hari ke
depan kalau belum sembuh kontrol kembali sekalian periksa di Laboratorium.
Di
hari keempat, karena badan sudah entengan. Langsung kumat hobiku, bersih-bersih
rumah, tepatnya bersihin kamar mandi dari ngosek kloset sampai nyikat lantai. Belum
selesai bersihin kamar mandi, muncul bintik bintik merah di lengan dan banyak
banget. Langsung suami curiga dan kita bergegas menuju klinik dokter dan
disarankan langsung cek darah di Laboratorium yang sudah direkomendasikan. Sambil
menunggu hasilnya, aku beli jus jambu buat jaga-jaga.
Benar
dugaanku, hasil lab menunjukkan aku kena demam berdarah dan diharuskan rawat
inap di rumah sakit Ungaran. Dokter yang menanganiku sangat baik dan ramah,
ketika kita menanyakan apakah ada opsi lain dengan tingkat kesembuhan yang
lebih cepat. Beliau memberi nasihat bahwa semua berawal dari pikiran. Yang harus
aku lakukan adalah tenang dan percaya bahwa bisa sembuh. Beliau juga
menceritakan pasien yang lain dengan kasus trombosit lebih rendah dibawah ku
dan bisa melewati fase kritisnya.
Sebelum
berangkat ke rumah sakit, aku dan suami masih sempat siap-siap beli makanan
buat suami buka puasa, beli air mineral dan roti di minimarket. Di rumah pun
aku masih siap-siap sendiri memilih baju mana yang nyaman buat dipakai di rumah
sakit.
Buku dan Ipad biar nggak bosen di Rumah Sakit |
Alhamdulillah dapat kamar yang baru dan nyaman, setelah mendapat infus dan penanganan dokter, trombositku naik dengan pesat dan dalam tiga hari sudah diperbolehkan pulang. Alhamdulillah.
Sekian cerita pengalamanku tentang puasa dikala pandemi dan Alhamdulillah puji syukur tak henti-hentinya bisa melewati ini semua.