Sop Keong andalan ibunya ^_^ |
Aku jadi teringat sosok seorang ibu yang aku temui
dua hari yang lalu ketika sedang tugas luar. Saat itu selesai kegiatan kami
disuruh singgah di rumah ketua kelompok tani, kebetulan ketuanya juga berprofesi
sebagai guru Matematika yang saat itu sedang mengajar di sekolah. Dan kami
disuruh menunggu karena mendekati jam istirahat.
Rumah beliau layaknya rumah di desa pada umumnya, berbentuk limasan dengan halaman yang luas. Di sekitar pagar ditanami pohon mangga, jambu air dan belimbing menambah sejuk halaman saat siang hari. Saat masuk ruang tamu, aku bisa merasakan kehangatan rumah itu, tertata apik dan rapi dengan hiasan disudut berwarna coklat senada dengan warna rumah. Di meja telah tersedia suguhan air putih kemasan dan makanan ringan.
Dari dalam rumah keluar seorang ibu dengan ramah
menyambut kami, beliau adalah istri dari ketua kelompok tani. Disusul anak
perempuannya menyuguhkan buah-buahan terdiri dari kelengkeng, jeruk, pisang dan
mangga. Paket komplit. Lama kami ngobrol ngalor ngidul. Dan tibalah beliau
menawari kami makan siang. Menunya bukan sembarangan, Sop Keong yang menjadi menu
andalan ibunya, awalnya aku agak ragu, setelah dicicipi rasanya maknyus banget.
Dari awal melihat ibu itu, aku penasaran sekali.
Apalagi ketika sebelahan sama anak gadisnya, seperti kakak adik. Beliau
tingginya sekitar 165 cm. Mengenakan gamis dengan jilbab terusan panjang,
senyum selalu menghiasi wajahnya membuat kecantikan alaminya semakin terpancar.
Akupun memberanikan diri menanyakan umur beliau. Bak gayung menyambut, beliau
menjawab banyak rasa penasaranku dengan menceritakan tentang keluarganya.
Semakin banyak beliau bercerita, kekagumanku
semakin besar padanya. Beliau bercerita dengan kerendahan hatinya tapi
terpancar rasa bangga dalam dirinya. Can u imagine that ??
Beliau yang sampai saat ini namanya bahkan aku
belum tahu, sekarang berumur 42 tahun. Menikah diusia muda dengan seorang guru
matematika. Sekarang mempunyai 3 (tiga) orang anak, yang pertama berumur 22
tahun baru lulus kuliah mengambil jurusan yang sama dengan bapaknya yaitu
matematika. Anak kedua saat lulus SMA mendaftar di Kepolisian, langsung
diterima dan sekarang sedang melanjutkan studi sarjana mengambil jurusan
Psikologi. Jarak umur anak pertama dan kedua hanya selisih 1 tahun lebih. Anak
ketiga masih kelas 4 SD.
Beliau menceritakan suaminya sering mengundang
teman-temannya datang ke rumah dan mencicipi masakan andalan istrinya yaitu sop
keong dan soto. Aku bisa membayangkan betapa bangganya suaminya mempunyai istri
seperti beliau. Terakhir kemarin temen-temen suaminya di Magister Matematika
datang reuni di rumah.
Ketika aku menyanjung beliau, dengan tersipu malu
beliau mengatakan “ Kulo meng ibu rumah tangga mbak”. Kalau diterjemahkan ke
bahasa Indonesia “ Saya hanya ibu rumah tangga mbak”. Dari jawabannya, tidak ada perasaan minder
atau malu, yang ada rasa puas dan bangga, tetap dengan kerendahan hatinya.
Yang menjadi point kekaguman saya antara lain :
- - Beliau menikah diusia yang sangat muda tetapi bisa
sukses mendampingi suaminya dan anak-anaknya mengejar cita-cita. Suaminya bisa
sampai Magister, bahkan menjadi panutan di desanya. Ketika kami bertamu, ada
warga yang akan minta petunjuk pada suaminya.
- - Dari segi spiritual, beliau berdua sudah berhaji. Kalau
dianalisa dari ceritanya, beliau mempunyai anak ketiga sudah berhaji. Jika
anaknya sekarang berumur 10 tahun, berarti beliau berhaji diumur sebelum 32 tahun. MasyaAllah, padahal kebutuhan
anak pasti sedang banyak-banyaknya dan yang bekerja hanya suaminya. Dari sini
aku bisa belajar, kalau rejeki tidak hanya dari gaji dan segala niat baik pasti
akan ada jalannya.
- - Kedekatan dan kehangatan dengan anak-anak seperti
teman, aku melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pola komunikasi ibu dan
anaknya terlihat dekat dan hangat sekali, sering melempar senyum satu sama
lain. Dan anaknya, walapun ‘kids jaman now’
tp bahasanya santun dan memakai bahasa jowo alus. Si adik bungsu ketika pulang
sekolah dan lapar, tidak sampai merengek dan menunggu dengan sabar kakaknya
menyuapi. Dan kakaknya walaupun sudah remaja mau menyuapi adiknya dengan
telaten.
- - Tanpa melupakan kewajibannya, beliau padai merawat
diri. Ketika temanku iseng bertanya kenapa nggak buka warung aja, beliau
menjawab klo saya buka warung nanti bapak dan anak-anak nggak ke urus.
MasyaAllah, dalam pengambilan keputusan pun pertimbangan beliau tetap keluarga
menjadi priooritas utama dan pertama.
Kenapa saya angkat cerita ini. Karena saya sangat
kagum pada beliau yang masih sangat muda tetapi bisa sukses mengurus rumah
tangga. Tidak ada rasa minder dan terbebani dengan tugas dan tanggung jawab
yang banyak, justru beliau sangat menikmati dan saya berfikir untuk menuangkan
dalam bentuk tulisan agar tidak hilang dalam ingatan sehingga bisa saya kenang
ketika membaca ulang dan semoga bisa menginspirasi para perempuan, istri
ataupun ibu lain diluar sana. Mau menjadi ibu rumah tangga atau bekerja itu
semua adalah pilihan masing-masing. Yang pasti semua istri dan ibu menginginkan
yang terbaik untuk keluarganya.
NB : Nama dan lokasi saya samarkan, jadi tidak ada
unsur mengumbar identitas. Tulisan ini dibuat semata untuk bisa menginspirasi
diri sendiri dan perempuan lain di luar sana.
With love,